Sudah menjadi kebiasaan rutin pada tiap tahunnya semarak Panjang Mulud selalu menjadi peringatan yang sangat diagungkan oleh masyarakat Banten.Panjang mulud merupakan upacara selamatan yang dilakukan masyarakat Islam di Serang Banten dalam rangka memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Pelaksanaannya berupa perayaan dengan mengusung berbagai jenis makanan, mulai dari makanan matang siap santap, seperti nasi kuning lengkap dengan lauk pauk, telur, semur daging dan sayur-sayuran, hingga bahan makanan semisal beras bahkan berupa bendera dari uang, yang semuanya disusun dalam sebuah tempat yang disebut “Panjang”.
Pada hari ini Kamis (30/1) Kp. Cisolong Desa Panyirapan Kec. Baros Kab. Serang-Banten Sejak pukul 08.00 WIB s.d pukul 09.00 WIB sepanjang Jl. Raya Pandeglang-Serang Kec. Baros dipadati oleh peserta pawai dengan panjang yang beraneka ragam, peserta pawai diperkirakan sekitar 1500 orang dengan riasan panjang sebanyak 54 panjang, 1 team Rampak Bedug, 1 Team Qosidah dan 3 Team Marching Band dengan keterlibatan masyarakat sekitar, Polsek Baros dan TNI 320 Badak Putih pawai ini berjalan dengan tertib, aman dan terkendali.
Setelah kegiatan pawai berlangsung ba’da Dzuhur kegiatan dilanjutkan dengan acara do’a bersama dalam bahasa setempat disebut ngeriung, biaya peringatan maulid Nabi Muhammad ini diperkirakan menghabiskan biaya sekitar 100 Juta Rupiah.KH. Bisri Ketua Pelaksana Kegiatan ini mengatakan sangat bangga dan bahagia melihat antusiasme masyarakat Kp. Cisolong yang senantiasa ikut serta dalam memperingati peringatatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 H, tidak hanya materi, tenaga dan pikiran pun mereka berikan demi memeriahkan peringatan tersebut. “ini merupakan bentuk kecintaan kami kepada Nabi Besar Muhammad SAW” Tambah Suhada MA Selaku penanggung jawab kegiatan.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis, yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Kegiatan ini diakhiri dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Haji Muhammad Ustman Ansori, SQ, MA Al Hafizh lebih akrab disapa Koko Liem. (Red. “Nagara mawa cara, bumi mawa ciri”/adi kurniadi jaya)